Dalam blog ini akan disajikan sejarah dari Khulafa'ur Rasyidin yang diambil dari kitab Al Bidayah Wan Nihayah Masa Khulafa'ur Rasyidin (dalam edisi Indonesia) yang disusun oleh seorang sejarawan yaitu Dr. Muhammad bin Shamil As Sulami dari kitab Tartib Wa Tahdzib Kitab Al Bidayah Wan Nihayah karya Imam Ibnu Katsir.

Jumat, Agustus 07, 2009

Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq (2)

BEBERAPA CONTOH KETELADANAN DAN KEUTAMANNYA

Keutamaan Abu Bakar Ash-Shiddiq sangat banyak sekali dan telah dimuat dalam kitab-kitab sunnah, kitab tarajim (biografi para okoh), maupun kitab-kitab tarikh. Dan berikut adalah ringkasan yang sesuai dengan yang telah disebutkan Al-Hafizh Abdullah Al-Bukhari dalam shahihnya yang temuat dalam Kitab Fadha’il Shahabat.

1. Beliau adalah sahabat Rasulullah di gua dan ketika hijrah

Allah berfirman dalam QS. At-Taubah (9): 40
Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata pada temannya “Janganlah berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita”.

‘Aisyah, Abu Sa’id dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini mengatakan “Abu Bakarlah yang mengiringi Nabi dalam gua tersebut”

Diriwayatkan dari Al-Bara’ bin ‘Azib, ia berkata “Suatu ketika Abu Bakar pernah membeli seekor tunggangan dari Azib dengan harga 10 Dirham, maka Abu Bakar berkata kepada ‘Azib, Suruhlah anakmu si Barra agar mengantarkan hewan tersebut. Maka Azib berkata, Tidak, hingga engkau menceritakan kepada kami bagaimana kisah perjalanmu bersama Rasulullah ketika keluar dari Makkah sementara orang-orang musyrikin sibuk mencari-cari kalian.”
Abu Bakar berkata “Kami berangkat dari Makah, berjalan sepanjang siang dan malam hingga dating waktu zuhur, maka aku mencari-cari tempat bernaung agar kami dapat beristirahat dibawahnya, ternyata aku melihat ada batu besar, maka segera kudatangi dan terlihat di situ ada naungan, maka kubentangkan tikar untuk Nabi kemudian kukatakan kepadanya, Istirahatlah wahai Nabi Allah. Maka beliaupun beristirahat, sementara aku memantau daerah sekitarnya, apakah ada orang-orang yang mencari kami dating mengintai. Tiba-tiba aku melihat ada seorang pengembala kambing sedang menggiring kambingnya kea rah teduhan dibawah batu tersebut ingin berteduh seperti kami, maka aku bertanya kepadanya, Siapa tuanmu wahai budak? Dia menjawab, Budak milik si fulan, seseorang dari suku Quraisy. Dia menyebt nama tuannya dan aku mengenalnya, kemudian kutanyakan, Apakah kambingmu memiliki susu? Dia menjawab, Ya. Lantas kukatakan, Maukah engkau memeras untuk kami? Dia menjawab, Ya. Maka dia mengambil dari salah satu ambing-kambing tersebut, setelah itu kuperintahkan dia agar membersihkan susu kambing terlebih dahulu dari kotoran dan debu, kemudian kuperintahkan agar menghembuskan telapak tangannya dari debu, maka dia menepuk kedua telapak tangannya dan dia mulai memeras susu, sementara aku telah telah mempersiapkan wadah yang dimulutnya dibalut kain menampung susu tersebut, maka segera kutuangkan susu yang telah diperas itu kedalam tempat tersebut dan kutunggu hingga bawahnya dingin, lalu kubawakan kehadapan Nabi dan ternyata beliau sudah bangun, segera kukatakan padanya, Minumlah wahai Rasulullah. Maka beliau mulai meminum hingga kulihat beliau telah kenyang, setelah itu kukatakan padanya, Bukankah kita akan segera berjalan kembali ya Rasulullah? Beliau menjawab, Ya. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan sementara orang-orang musyrik terus-menerus mencari kami, tidak satupun yang bisa menyusul kami kecuali Suraqah bin Malik bin Ju’syam yang mengendarai kudanya, maka kukatakan pada Rasulullah, Orang ini telah berhasil mengejar kita wahai Rasulullah. Namun beliau menjawab, Jangan khawatir, sesungguhnya Allah beserta kita.

Diriwayatkan dari Anas dari Abu Bakar beliau berkata “Kukatakan kepada Nabi ketika kami berada dalam gua, Andai saja mereka (orang-orang musyrik) melihat ke bawah kaki mereka pastilah kita akan terlihat. Rasul menjawab, Bagaimana pendapatmu wahai Abu Bakar dengan dua orang manusia sementara Allah menjadi yang ketiga.”

2. Abu Bakar adalah sahabat yang paling banyak ilmunya

Abu Sa’id Al-Khudri berkata “Suatu ketika Rasulullah berkhutbah di hadapan manusia dan bersabda, Sesungguhnya Allah telah menyuruh seorang hamba untuk memilih antara dunia atau memilih ganjaran pahala dan apa-apa yang ada di sisiNya, namun ternyata hamba tersebut memilih apa-apa yang ada di sisi Allah.”
Abu Sa’id Al-Khudri berkata “Maka Abu Bakar menangis, kami heran kenapa beliau menangis padahal Rasulullah hanyalah menceritakan seseorang hamba yang memilih kebaikan, akhirnya kami ketahui bahwa hamba tersebut tidak lain adalah Rasulullah sendiri, dan Abu Bakarlah yang paling mengerti serta berilmu di antara kami. Kemudian Rasulullah bersabda, Sesungguhnya orang yang sangat besar jasanya padaku dalam persahabatan dan kerelaan mengeluarkan hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja aku perbolehkan mengangkat menjadi kekasihku selain Rabku pastilah aku akan memilih Abu Bakar, namun cukuplah persaudaraan se-Islam dan kecintaan karenanya. Maka janganlah ditinggalkan pintu kecil di masjid selain pintu Abu Bakar.”

Diriwayatkan dari ‘Aisyah istri Rasulullah ia berkata “Ketika Rasulullah wafat, Abu Bakar sedang berada di suatu tempat yang bernama Sunuh –Ismail berkata, Yaitu sebuah kampung– Maka Umar berdiri dan berpidato, Demi Allah sesungguhnya Rasulullah tidak meninggal.” ‘Aisyah melanjutkan “Kemudian Umar berkata, Demi Allah tidak terdapat dalam hatiku melainkan perasaan bahwa beliau belum mati, Allah pasti akan membangkitkannya dan akan dipotong kaki dan tangan mereka (yang mengatakan beliau telah mati, pent.). Kemudian datanglah Abu Bakar menyingkap kain yang menutup wajah Rasulullah serta menciumnya sambil berkata, Kutebus dirimu dengan ibu dan bapakku, alangkah harum dan eloknya engkau saat hidup dan sesudah mati, demi Allah yang diriku berada di tanganNya mustahil Allah akan menimpakan padamu dua kali kematian selama-lamanya.”
“Kemudian Abu Bakar keluar dan berkata, Wahai orang yang telah bersumpah, (yakni Umar) tahanlah bicaramu. Ketika Abu Bakar mulai berbicara maka Umar duduk, setelah memuji Allah beliau berkata, Ingatlah sesungguhnya siapa saja yang menyembah Muhammad maka beliau sekarang telah wafat, dan barang siapa yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah akan tetap hidup tidak pernah mati. Kemudian beliau membacakan ayat (QS. AZ-Zumar (39): 30), Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). Dan ayat (QS. Ali Imran (3): 144), Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik kebelakang (murtad). Barang siapa yang berbalik kebelakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun dan Allah akan member balasan kepada orang-orang yang bersyukur."

Ismail berkata “Maka manusia mulai menangis terisak-isak, kemudian kaum Anshar segera berkumpul bersama Sa’ad bin Ubadah di Saqifah Badi Sa’idah dan mereka berpendapat, Dari kami seorang amir (pemimpin) dan dari kalian (muhajirin) juga seorang amir. Maka segera Abu Bakar, Umar bin Khaththab dan Abu Ubaidah bin Jarrah berangkat mendatangi majlis mereka. Umar berbicara tetapi Abu Bakar menyuruhnya diam. Umar berkata, Demi Allah sebenarnya aku tidak ingin berbicara melainkan aku telah persiapkan kata-kata yang kuanggap sangat baik yang kutakutkan tidak akan disampaikan oleh Abu Bakar.”
“Kemudian Abu Bakar berpidato dan perkataannya sungguh mengena, beliau berkata, Kami yang menjadi amir dan kalian menjadi wazir. Maka Hubab bin Munzir berkata, Tidak demi Allah kami tidak akan terima, tetapi kami seorang amir dan dari kalian seorang amir pula. Abu Bakar menjawab, Tidak, tetapi kamilah yang menjabat sebagai amir dan kalian menjadi wazir, karena susungguhnya mereka (Quraisy) yang paling mulia kedudukannya di bangsa Arab dan yang paling tinggi nasabnya, maka silahkan kalian membai’at Umar ataupun Abu Ubaidah. Maka sepontan Umar menjawab, Tetapi engkaulah yang lebih pantas kami bai’at, engkaulah pemimpin kami, orang yang paling baik di antara kami dan orang yang paling dicintai Rasulullah daripada kami. Maka Umar segera meraih tangan Abu Bakar dan membai’atnya, akhirnya orang-orang pun turut membai’atnya pula.

Diriwayatkan dari ‘Aisyah ia berkata “Pandangan Nabi menengadah ke atas dan bersabda, Tetapi yang kupilih adalah Ar-Rafiqul A’la (kekasih Allah Yang Mahatinggi) 3x.” ‘Aisyah melanjutkan “Tidaklah perkataan mereka berdua (Abu Bakar dan Umar) kecuali Allah jadikan bermanfaat untuk manusia, profile Umar yang tegas berhasil membuat orang munafik yang menyusup di antara kaum muslimin sangat takut padanya, dengan kepribadiannya Allah menolak kemunafikan. Adapun Abu Bakar, beliau berhasil menggiring manusia hingga mendapatkan petunjuk kepada kebenaran dan mengetahui kewajiban mereka, Abu Bakar berhasil mengeluarkan umat dari bencana perpecahan setelah meninggalnya Rasulullah setelah membacakan ayat (QS. Ali Imran (3): 144), Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik kebelakang (murtad). Barang siapa yang berbalik kebelakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun dan Allah akan member balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar