Dalam blog ini akan disajikan sejarah dari Khulafa'ur Rasyidin yang diambil dari kitab Al Bidayah Wan Nihayah Masa Khulafa'ur Rasyidin (dalam edisi Indonesia) yang disusun oleh seorang sejarawan yaitu Dr. Muhammad bin Shamil As Sulami dari kitab Tartib Wa Tahdzib Kitab Al Bidayah Wan Nihayah karya Imam Ibnu Katsir.

Kamis, Agustus 06, 2009

Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq (1)

NASABNYA
Nama Abu Bakar Ash-Shiddiq sebenarnya adalah Abdullah bin Usman bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr Al-Qurasy At-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi SAW pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai.
Dan ibunya adalah Ummu Al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Berarti ayah dan ibunya berasal dari Bani Taim.
Ayahnya diberi kuniyah (sebutan panggilan) Abu Quhafah. Dan pada masa jahiliyyah Abu Bakar Ash-Shiddiq digelari Atiq. Imam Thabari menyebutkan dari jalur Ibnu Luhai’ah bahwa anak-anak dari Abu Quhafah tiga orang, yaitu pertama Atiq (Abu Bakar), kedua Mu’taq dan ketiga Utaiq.

KARAKTER FISIK DAN AKHLAKNYA
Abu bakar adalah seorang yang bertubuh kurus, berkulit putih. ‘Aisyah menerangkan karakter bapaknya, “Beliau berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggang (sehingga kainnya selalu turun dari pinggangnya), wajahnya selalu berkeringat, hitam matanya, berkening lebar, tidak bisa bersaja’ dan selalu mewarnai jenggotnya dengan memakai hinai maupun katam. Begitulah karakter fisik beliau.
Adapun akhlak beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian, selalu memiliki ide-ide cemerlang dalam keadaan genting, banyak toleransi, penyabar, memiliki azimah (keinginan keras), faqih, paling mengerti dengan garis keturunan arab dan berita-berita mereka, sangat bertawakal kepada Allah dan yakin dengan segala janjiNya, bersifat wara’ dan jauh dari segala syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu menghrapkan apa-apa yang lebih baik disisi Allah, serta lembut dan ramah, semoga Allah meridhainya. Akan diterangkan kelak secara rinci hal-hal yang membuktikan sifat-sifat dan akhlaknya yang mulia ini.

KEISLAMANNYA
Abu Bakar adalah lelaki yang pertama kali masuk Islam, walaupun Khadijah lebih dulu masuk Islam daripadanya, adapun dari golongan anak-anaka, Ali yanq pertama kali memeluk Islam, sementara Zaid bin Haritsah adalah yang pertama kali memeluk Islam dari golongan budak.
Ternyata keislaman Abu Bakar paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum muslimin dibandingkan dengan keislaman selainnya, karena kedudukannya yang tinggi dan semangat serta kesungguhannya dalam berdakwah. Dengan keislamannya maka masuk mengikutinya tokoh-tokoh besar yang masyhur seperti Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah.
Di awal keislamannya beliau menginfakka di jalan Allah apa yang dimilikinya sebanyak 40.000 dirham, beliau banyak memerdekakan budak-budak yang disiksa karena keislamannya di jalan Allah, seperti Bilal. Beliau selalu mengiringi Rasulullah selama di Makkah, bahkan beliaulah yang mengiringi Rasulullah ketika bersembunyi dalam gua dan dalam perjalanan hijrah hingga sampai kota Madinah. Disamping itu beliau mengikuti seluruh peperangan yang diikuti Rasulullah baik perang badar, Uhud, Khandaq, Penaklukan kota Makkah, Hunain maupun peperangan di Tabuk.

ISTRI-ISTRI DAN ANAK-ANAKNYA
Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abd Al-Uzza bin Abd bin As’ad pada masa Jahiliyyah dan dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma’.
Beliau juga menikahi Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman dan ‘Aisyah.
Beliau juga menikahi Asma’ binti Umais bin Ma’add bin Taim Al-Khats’amiyyah, dan sebelumnya Asma’ diperistri oleh Ja’far bin Abi Thalib. Dari hasil pernikahan inilah lahirlah Muhammad bin Abu Bakar, dan kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji Wada’ di Dzul Hulaifah.
Beliau juga menikahi Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair dari Bani Al-Haris bin Al-Khazraj. Abu Bakar pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau dating ke Madinah dan kemudian mempersunting putrinya, dan beliau masih terus berdiam dengannya di suatu tempat yang disebut dengan As-Sunuh hingga Rasulullah wafat dan beliau kemudian diangkat menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Kaltsum setelah wafatnya Rasulullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar